BAGAIMANA CARA MEMBUAT UMAT ISLAM BERSATU...?

Apakah menyatukan kaum muslimin di atas akidah yang beraneka rupa...?
MUSTAHIL bisa bersatu dengan kondisi seperti itu.
Yang terjadi adalah persatuan yang SEMU.
Raganya saja terlihat bersatu, banyak... tapi hatinya bercerai berai.
Adalah kenyataan pahit yang tidak bisa dipungkiri jika umat Islam pada zaman ini telah berpecah belah dan terkotak-kotak, setiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka.
Padahal Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk membuang perpecahan, dan bersatu padu diatas tali-Nya.
ﻭَﺍﻋْﺘَﺼِﻤُﻮْﺍ ﺑِﺤَﺒﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺟَﻤِﻴْﻌًﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮْﺍ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai.“
(QS Ali Imran : 103)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
”Allah memerintahkan untuk bersatu dan melarang berpecah belah."
Banyak hadits yang melarang berpecah belah dan menyuruh bersatu. Sebagaimana dalam Shahih Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
”Sesungguhnya Allah rela untuk kalian tiga perkara… (diantaranya disebutkan) : dan agar kalian berpegang dengan tali Allah dan tidak berpecah belah.“
(Tafsir Ibnu Katsir 1/397)
Allah Tabaraka wa Ta’ala juga menyebutkan bahwa perpecahan adalah sifat orang yang tidak mendapat rahmatNya.
ﻭَﻻَ ﻳَﺰَﺍﻟُﻮﻥَ ﻣُﺨْﺘَﻠِﻔِﻴْﻦَ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﺭَﺣِﻢَ ﺭَﺑُّﻚَ
“Dan mereka senantiasa berselisih kecuali orang yang Allah rahmati.”
(Hud : 118-119)
Abu Muhammad bin Hazm berkata,
”Allah mengecualikan orang yang dirahmati dari himpunan orang-orang yang berselisih.“
(Al Ihkam 5/66)
Imam Malik berkata,
”Orang-orang yang dirahmati tidak akan berpecah belah.“
(idem)
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata,
”Allah mengabarkan bahwa orang yang diberikan rahmat tidak akan berpecah belah. Mereka adalah pengikut para nabi baik perkataan maupun perbuatan, mereka adalah ahli Al Qur’an dan hadits dari umat ini. Barangsiapa yang menyalahi mereka akan hilang rahmat tersebut darinya sesuai dengan kadar penyimpangannya.“
(Majmu’ fatawa 4/25)
Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala,
ﻭَﻻَ ﺗَﻜُﻮْﻧُﻮْﺍ ﻛَﺎﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮْﺍ ﻭَﺍﺧْﺘَﻠَﻔُﻮْﺍ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﺎ ﺟَﺎﺀَﻫُﻢُ ﺍﻟْﺒَﻴِّﻨَﺎﺕُ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﻋَﻈِﻴْﻢٌ
“Janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah datang kepada mereka keterangan. Dan bagi mereka adzab yang pedih.“
(Ali Imran : 105)
Al Muzany rahimahullah berkata,
”Allah mencela perpecahan, dan memerintahkan untuk kembali kepada Al Qur’an dan sunnah. Kalaulah perpecahan itu termasuk dari agamaNya tentu Dia tak akan mencelanya. Kalaulah perselisihan itu termasuk dari hukumNya, tentu Allah tidak menyuruh untuk kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah.“
(Jami’ bayanil ‘ilmi wa fadllihi 2/910)
Dalil-dalil tersebut diatas sudah cukup menunjukkan bahwa islam mencela dan membenci perpecahan serta menganjurkan persatuan.
HADITS TENTANG PERPECAHAN UMAT
Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya,
”Bukankah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa umat islam ini akan berpecah belah...?”
Jawabannya adalah,
Tidak ada bedanya antara perpecahan dengan maksiat. Maksudnya bahwa Allah menghendaki adanya maksiat, tapi bukan untuk dilaksanakan tapi untuk dijauhi. Nabi juga mengabarkan bahwa nanti akan datang suatu zaman dimana arak akan dinamai dengan bukan nama sebenarnya. Hal tersebut tidak menunjukkan bolehnya perbuatan tersebut, demikian pula perpecahan. Nabi mengabarkan bahwa umat ini akan berpecah belah, akan tetapi hal tersebut tidak menunjukkan boleh dilakukan.
Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah berkata,
”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan bahwa perpecahan bukan dari sisiNya, maknanya bahwa Allah tidak meridhainya, tapi Allah menghendaki keberadaanya hanya sebatas iradah kauniyyah saja. Sama seperti Allah menghendaki adanya kekufuran dan seluruh maksiat.“
(Al Ihkam 5/64)
MAKNA PERSATUAN
Sebagian kaum muslimin memandang persatuan sebagai sesuatu yang harus dikedepankan dari mengingkari bid’ah yang mereka anggap parsial, sehingga akibatnya bid’ah didiamkan dan semakin merajalela. Sedangkan sunnah menjadi semakin redup. Maka perlu kiranya kita sedikit mengupas seputar persatuan.
Persatuan dalam pandangan Islam tidaklah sama dengan persatuan ala demokrasi yang lebih mementingkan persatuan badan dan tidak memperhatikan keyakinan. Demokrasi memandang bahwa jumlah mayoritaslah yang harus dijadikan pegangan, walaupun ternyata pendapat mayoritas tersebut berseberangan dengan Al Qur’an dan sunnah. Pemahaman inilah yang banyak menghinggapi pemikiran kaum muslimin, sehingga orang yang tidak mau mengikuti mayoritas dianggap telah memecah belah umat.
Untuk memahami makna persatuan, perlu kita melihat beberapa pertanyaan berikut,
Diatas apa kita bersatu...?
Untuk tujuan apa kita bersatu...?
Dan apa tolak ukur persatuan...?
Untuk menjawab pertanyaan pertama, cobalah kita renungkan ayat berikut ini,
ﻭَ ﺃَﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺻِﺮَﺍﻃِﻲْ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴْﻤًﺎ ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌُﻮْﻩُ ﻭَﻻَ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮْﺍ ﺍﻟﺴُّﺒُﻞَ ﻓَﺘَﻔَﺮَّﻕَ ﺑِﻜُﻢْ ﻋَﻦْ ﺳَﺒِﻴْﻠِﻪِ
“Dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dan jangan kamu ikuti jalan-jalan lainnya, niscaya (jalan-jalan lain tersebut) memecah belah kalian dari jalannya.”
(Al An’am : 153)
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membuat garis lurus dan bersabda (artinya),
”Ini adalah jalan yang lurus."
Kemudian beliau membuat garis-garis disamping kiri dan kanannya dan bersabda,
”Ini adalah jalan-jalan lainnya, di setiap jalan itu ada setan yang menyeru kepadanya.“
Kemudian beliau membaca ayat tadi diatas.
(Muttafaq ‘alaihi dari hadits Ibnu Mas’ud)
Imam Mujahid seorang ahli tafsir di zaman Tabi’in menerangkan bahwa yang dimaksud dengan jalan-jalan lainnya adalah bid’ah dan syubhat.
(Tafsir Ibnu Katsir)
Ayat ini sangat jelas menyatakan bahwa persatuan haruslah diatas satu jalan, yaitu jalan yang lurus. Dan jalan yang lurus itu adalah jalan Rasulullah dan para sahabatnya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits hasan ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa umat ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu masuk surga dan yang lainnya masuk neraka, beliau menjelaskan tentang satu golongan yang selamat tersebut yaitu, ”apa-apa yang dipegang olehku dan para sahabatku pada hari ini.“
Jadi persatuan dalam Islam maknanya bersatu diatas jalan Rasulullah dan para sahabatnya dan perpecahan maknanya berpecah dari jalan tersebut. Maka siapa saja yang berjalan diatas jalan yang lurus yaitu jalannya Rasulullah dan para sahabatnya maka ia telah bersatu padu walaupun jumlahnya sedikit. Dan siapa saja yang menyimpang dari jalan tersebut dan mengikuti jalan-jalan lainnya maka ia telah berpecah belah walaupun jumlahnya banyak.
Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu berkata,
”Al Jama’ah adalah al haq (kebenaran) walaupun engkau satu orang.“

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﺍﻋْﺘَﺼِﻤُﻮْﺍ ﺑِﺤَﺒﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺟَﻤِﻴْﻌًﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮْﺍ
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai.“
(QS Ali Imran : 103)
Dalam ayat ini, Allah menyuruh kita untuk bersatu memegang talinya sedangkan Tali Allah adalah agamaNya, dan agama Allah adalah yang Allah turunkan kepada RasulNya di dalam Al Qur’an dan Sunnah. Kemudian Allah melarang kita bercerai berai. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang tidak mau mengikuti agamaNya sesuai dengan yang diturunkan kepada RasulNya berarti ia telah bercerai berai.

Komentar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Toleransi dalam Islam Terhadap Bangsa Indonesia yang Majemuk

Ekstremis Perempuan Ciptakan Tantangan Tersendiri

Hadang Radikalisme, LDNU Jember Gelar Silaturahim Lintas Masjid