Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Ekstremis Perempuan Ciptakan Tantangan Tersendiri

Gambar
Insiden Bom Sibolga pada Maret 2019, Bom Surabaya Mei 2018, dan serangkaian insiden teror lain di Indonesia melibatkan perempuan sebagai pelaku utama. Mereka tak lagi jadi pemain pasif, pendukung suaminya, tapi ikut aktif melakukan  amaliyah.  Bahkan pada beberapa kasus sampai mengorbankan nyawa plus membawa anaknya. Bom Sibolga dan Surabaya salah satu kasusnya. Lantas apakah “kenekatan” mereka hanya itu? Tentu tidak. Coba saja lihat pada rentetan insiden Mako Brimob Kelapa Dua Depok awal Mei 2018 – sebelum insiden Surabaya – di insiden itu turut ditangkap 2 perempuan yang membawa senjata tajam berupa gunting untuk menyerang polisi. Insiden di Pandeglang Banten, tepatnya di Alun-Alun Menes pada Oktober 2019 lalu juga melibatkan perempuan sebagai eksekutor serangan. Ketika itu Wiranto (saat itu menjabat Menko Polhukam) jadi sasarannya. Pertanyaan yang sama, apakah hanya itu? Ternyata jawabannya tidak. Pada 2016 lalu ada penangkapan eks Buruh Migran Indonesia (BMI) yang suda

Pancasila Lebih dari Sekedar Pilar Negara

Gambar
Pecihitam.org  – Organisasi Front Pembela Islam (FPI) baru-baru ini merayakan miladnya yang ke-21 di Stadion Rawa Badak, Jakarta Utara. Sang Imam Besar, Habib Rizieq Shihab, juga tidak ketinggalan dalam memberikan ucapan selamat atas usia FPI yang sudah lumayan matang, meski sayang sang guru besar tak bisa hadir pada perayaan milad. Ucapan selamat itu bisa disaksikan langsung dalam konsep ceramah monolog di channel akun Youtube Front TV. Beliau menghimbau bahwa di usia FPI yang ke-21 ini, para anggotanya harus lebih memantabkan langkah perjuangan untuk merajut persaudaraan dan menjaga bangsa serta negara dengan dakwah dan hisbah. Ada hal menarik yang penting dicermati terkait materi ceramah Habib Rizieq, di antaranya, selain berisi soal motivasi dan semangat baru, beliau juga menyinggung soal “NKRI Bersyariah dan Pancasila bukan Pilar Negara”. Menurutnya, Pancasila bukanlah pilar negara, orang yang menganggap Pancasila sebagai pilar negara, berarti ia tidak paham konsitusi.