Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Teroris Merajalela, Tergolong Kaum Khawarij?

Gambar
Dalam sepekan, teror bertubi-tubi mengguncang Indonesia. Mulai dari kerusuhan di salah satu rumah tahanan yang berada di Mako Brimob Depok hingga ledakan bom yang menyerang tiga gereja di Surabaya pada 13 Mei 2018. Tak berhenti sampai di situ, teror bom pun kembali mengguncang Polrestabes Surabaya pada Senin pagi, 14 Mei 2018. Sejumlah kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS pun diduga menjadi dalang dari seluruh kejadian teror mengerikan tersebut. Berbicara terkait kelompok teroris, sejak zaman dahulu sudah ada sebuah kelompok yang paling berbahaya dalam Islam. Kelompok tersebut adalah kelompok Khawarij (al-khawārij) yang telah ada sejak periode awal Islam. Mereka akan terus menimbulkan perselisihan di negara-negara Muslim hingga kelak mereka bergabung dengan Mesias Palsu yaitu Dajal. Oleh sebab itu, hendaknya umat Islam juga mengetahui dan menyadari keberadaan mereka agar dapat melindungi diri dan tak mendukung perilaku destruktif mereka. Menurut buku  Ensiklopedi Akhi

Indonesia Tak Butuh Ideologi Asing

Gambar
Oleh: Henny Mono*   Bagi Indonesia, ideologi Pancasila sudah final. Kita tidak membutuhkan lagi ideologi-ideologi lain, apa pun alasan rasionalitasnya. Sebab ideologi Pancasila adalah ideologi yang sudah teruji sejarah sejak Republik ini didirikan. Ideologi Pancasila mampu menjadi perekat atas kebhinekaan falsafah hidup warga bangsa, sistem politik dan ekonomi kerakyatan, perilaku sosial-budaya, maupun agama/kepercayaan. Memang patut diakui, dalam aplikasinya pada kehidupan berbangsa dan bernegara, ideologi Pancasila mengalami pasang surut. Sebagai ideologi terbuka, norma nilai yang hidup dan berada di dalamnya sangat mudah dipengaruhi oleh sistem nilai kehidupan dari luar, seperti nilai kehidupan kapitalis-liberalis, komunias-sosialis, termasuk nilai kehidupan yang agamis. Kondisi psikologis ideologi Pancasila yang demikian itu, bukanlah suatu kelemahan, namun sebaliknya merupakan wujud elastisitas. Atau dapat disebut, kelenturan dari sebuah ideologi yang mampu beradaptasi de

Jika Agama Islam Dijadikan sebagai Ideologi Negara

Gambar
Banyak pihak-pihak yang menginginkan agar negara ini menjadi negara Islam. Agama Islam menjadi ideologi bangsa. Hukum Islam menjadi hukum negara. Melihat hal demikian, berdasarkan pandangan penulis, Islam yang mana? Bukankah Islam selama ini terdiri dari berbagai macam aliran. Bukankah selama ini setiap para penganut aliran dalam Islam mengklaim bahwa Islam yang dianutnya yang paling benar. Sedangkan Islam yang dianut orang lain dipandang salah. Apabila benar Agama Islam dijadikan sebagai ideologi negara, bukankah itu justru mereduksi Islam itu sendiri? Islam yang asalnya luas menjadi sempit. Berhenti pada tataran ideologis semata. Padahal islam itu sangat luas. Ia merupakan jalan hidup masyarakat. Selain itu, agama seharusnya menjadi sumber landasan moralitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu ketika Gus Dur ditanya Prof. Mitsuo Nakamura dari Jepang. Begini pertanyaannya, “Anda memisahkan ideologi agama dari kehidupan negara, mengapakah justru sekarang Anda justru

PEMBERANTASAN DAN METAMORFOSIS TERORISME

Gambar
Pada awal tahun 2014, terjadi operasi penggerebegan atas enam orang terduga teroris di rumah kontrakan di G a n g H H a s a n d i J a l a n K H D e w a n t o r o , RT / RW 0 4 / 0 7 , Kelurahan Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan yang dilakukan oleh Densus 8 8 A n t i Te r o r M a b e s P o lri . Dikabarkan Kapolri Jenderal Pol Sutarman sempat mendatangi lokasi operasi, tetapi tidak ada sesuatu elaborasi atas berita ini. Terakhir o p e r a si d i k a b a r k a n b e r h a si l membunuh beberapa orang yang diduga teroris dan satu orang ditangkap. Para terduga teroris yang dige r ebek ini t e rka it dengan penembakan polisi di Pondok Aren, Tangerang Selatan, dan bom di Vihara Ek a y a n a . P a r a t e r d u g a j u g a diperkirakan punya kaitan dengan ke lompok Abu Roban. Polisi menyebutkan para terduga memiliki e n a m r a n g k a i a n b o m d a n menyebutkan di rumah itu ada enam ruangan yang dapat dipakai untuk para terduga bersembunyi. Fakta-fakta yang terjadi sebagai akibat penem

Tantangan dalam Memberi Pemahaman Pancasila bagi Generasi Milenial

Gambar
Rozali,  NU Online  | Rabu, 24 April 2019 01:05 Jakarta,  NU Online Ideologi Pancasila merupakan falsafah bangsa Indonesia yang sudah final. Sebab Pancasila merupakan konsensus nasional yang telah menjadi kesepakatan masyarakat Indonesia yang beragam untuk menjaga kerukunan, membangun kedamaian sebagai untuk menghindari kerusakan maupun pertumpahan darah. Pemahaman seperti ini harus diyakini oleh setiap warga negara, baik kalangan usia dewasa maupun kaum milenial. Namun tantangannya, memberikan pemahaman demikian bagi generasi milenial bukan perkara mudah. Terlebih di era teknologi informasi yang serba cepat seperti saat ini, di mana informasi yang deras kadang kala membawa serta ideologi lain secara sembunyi-sembunyi.  Salah satu ideologi yang bisa masuk ke layar telepon genggam generasi millennial adalah paham radikalisme kekerasan seperti yang dialami oleh Danian, seorang remaja yang terjebak paham radikalisme kekerasan dan memutuskan untuk bergabung dengan ISIS be

Khilafah Produk Politik, Bukan Agama

Gambar
Hanya mereka yang tidak mengerti al-Qur’an dan membaca sejarah Islam yang akan menyangkal judul di atas. Oleh karena itu, perlu ditegaskan bahwa kegandrungan sebagian masyarakat Muslim di Indonesia terhadap sistem khilafah sebagai bentuk pemerintahan Islam adalah fenomena baru. Dari awal, bahkan sebelum kebebasan, ide khilafah itu sama sekali tidak menjadi pertimbangan kaum Muslim. Dua tahun setelah Khilafah Usmaniyah dibubarkan pada 1924, kongres tentang khilafah digelar di Kairo dan Jeddah, yang juga dihadari oleh peserta dari Indonesia. Seperti dituturkan oleh Prof. Hamka, salah seorang peserta kongres tersebut adalah bapaknya sendiri. “Peserta dari Indonesia sama sekali tidak antusias dengan sistem khilafah,” tulis Hamka dalam memoar mengenang orang tuanya, Ajahku: Riwajat Hidup Dr. H. Abd Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera (1958). Peserta lain adalah Mohammad Natsir, seorang tokoh utama partai Islam Masyumi. Dalam bukunya, Islam dan Kristen di Indones

Islam dan Nasionalisme

Gambar
Dalam beberapa waktu terakhir ini terus dibahas di ruang publik soal dikotomi nasionalisme dan keislaman. Diskursus ini sudah berjalan lama. Seringkali publik berhadapan pada satu isu atau masalah berdasarkan yang dibaca dari tulisan orang, yang menulis dengan konteks alasan, situasi atau kondisi yang khusus atau tertentu, yang bisa jadi berbeda dengan kita. Tidak ada pertentangan substantif antara keislaman dengan nasionalisme atau kebangsaan. Masing-masing memiliki tempat. Secara konsep dan praktis tak ada benturan. Hanya saja, hal ini menjadi berbeda ketika ada yang menjadi pengusung. Muncul kelompok Nasionalis ataupun Islamis. Kemudian membangun demarkasi atau perkubuan berdasarkan pemahaman yang diklaim paling benar. Misalnya, para  Nasionalis adalah semata cinta tanah air dan tak peduli agama. Sementara Islamis adalah yang menjadikan agama sebagai panduan pokok dan tidak ada urusan dengan nasionalisme. Ketika masuk tafsiran kelompok bisa jadi ada benturan. Dalam si

Masa Depan Indonesia di Tengah Gempuran Khilafah

Gambar
Akhir-akhir ini isu khilafah belum pudar. Isu ini kian bangkit seiring perkembangan zaman. Sejenak saya termenung dan bertanya-tanya: “Apa yang menarik dari Khilafah? Kayaknya isu khilafah tak kalah menariknya dibandingkan isu Pilpres 2019.” Saya coba membaca sekelumit kemunculan khilafah. Ceritanya begini. Khilafah adalah sistem kepemerintahan yang dikenal dan diterapkan setelah Nabi Muhammad Saw. wafat. Orangnya disebut “Khalifah” (Pengganti). Sahabat Nabi yang kali pertama menjalani sistem khilafah ini adalah Abu Bakar ash-Shiddiq sehingga ia disebut sebagai “Khalifah Rasulullah” (Pengganti Rasulullah), kemudian kepemimpinan ini dilanjutkan oleh sabahat yang lain, yaitu Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, bahkan para khalifah pada Dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan seterusnya. Potret sejarah khilafah tersebut memang populer dalam sejarah Islam ( at-tarikh al-islamy ). Namun, saya belum puas dengan informasi ini karena belum menjawab pertanyaan yan

Alasan-Alasan Pokok Menolak Khilafah di Indonesia

Gambar
Ide  khilafah  menyala kian terang kembali di Indonesia seiring lahirnya reformasi 1998. Jika reformasi menandai berlayarnya kapal demokrasi Pancasila Indonesia yang penuh keterbukaan itu, aktivis  khilafah  dengan jitu memanfaatkan pintu kapal yang terbuka bagi siapa pun itu, menumpanginya, bukan untuk bersama-sama mengarungi samudra demokrasi, melainkan  khilafah .  Khilafah Islamiyah . Pemerintahan Islam. Soal  khilafah  jelas-jelas  head to head  dengan demokrasi, siapa yang bisa membantahnya. Baiklah, secara historis, gagasan  khilafah  ini aslinya telah sangat usang dan tuntas di era awal pembentukan NKRI. Perdebatan M. Natsir yang mewakili kubu religius dengan Soekarno yang mewakili kubu nasionalis telah mengerucut purna. Hasilnya adalah kubu Islam menerima Pancasila sebagai telah sesuai dengan prinsip  amar makruf nahi munkar  dan  hiratsah al-din wa siyasah al-dunya . Indonesia diterima sebagai negeri islami. Ya, memang, akan selalu ada riak di telaga setenang apa pun