Akhlakul Karimah sebagai Paradigma dalam Berislam


Sebagian kita masih berpikir bahwa akhlak hanyalah pelengkap dari agama. Terpenting adalah ibadah. Akhlak sesungguh ruh dan inti beragama. Ibadah merupakan latihan dan penampakan luar untuk membentuk orang memiliki akhlak.

Akhlak adalah sesuatu yang inheren dalam agama, keimanan, ajaran agama, dan ibadah. Nabi ketika menyandingkan keimanan selalu berbicara tentang akhlak kepada sesama seperti tetangga, tamu, dan saudara. Bahkan perilaku sosial menjadi pra syarat kesempurnaan iman.

Begitu pula dengan ibadah. Dimensi ibadah adalah membina akhlak agar menjauhi perkara yang buruk dan munkar. Puasa misalnya disebutkan Nabi sebagai perisai umat manusia dari pikiran, perkataan dan tindakan yang jelek dan buruk. Hukum Islam pun diajarkan dan ditegakkan untuk membina akhlak.

Pentingnya posisi akhlak sehingga Nabi menegaskan Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi). Apa makna dari penegasan ini?

Ketika Nabi menegaskan misinya tentang akhlak, sesungguhnya misi ini yang menjadi tujuan utama. Akhlak sebagai misi terkandung dalam keimanan, ajaran, dan ibadah Islam. Ketika terjadi keimanan, ajaran dan ibadah yang tidak mampu membentuk akhlak, sejatinya kita umat Islam hanya menjalankan formalitas berislam, tetapi tidak berupaya mesukseskan misi kerasulan.

4 Kedudukan Akhlak dalam Islam

Pentingnya akhlak sebagai misi kerasulan Nabi menjadikannya sebagai paradigma dalam berislam. Akhlak merupakan misi untuk mencapai visi kerasulan Nabi. Fahad Salim Bahammam dalam bukunya Akhlak memposisikan akhlak dalam 4 hal:

Pertama, akhlak adalah tujuan utama diangkatnya Nabi Muhamamd sebagai rasul. Artinya, setiap Rasul mengemban misi kerasulan terhadap problem umat yang beragam. Kenyatannya, misi Rasulullah saw adalah akhlak. Dengan demikian, ada yang salah dalam akhlak masyarakat saat itu.

Kedua, akhlak adalah bagian tak terpisahkan dari iman dan akidah. Sebagai tujuan kerasulan, wajar akhlak menjadi hal yang tak terpisahkan dari keimanan. Disebut orang Islam apabila ia mampu menanamkan akhlak dalam keimanan dan mempraktekkan keimanan melalui akhlak yang mulia.

Ketiga, akhlak merupakan tujuan dari ibadah. Ibadah adalah sarana membentuk diri yang berakhlak. Orang beribadah dengan benar niscaya akan membentuk jiwa dan perilaku yang penuh dengan akhlak mulia.

Keempat, akhlak mulia mengandung keutamaan tidak hanya di dunia tetapi pahala besar di sisi Allah. Kedudukan akhlak bukan pelengkap dalam Islam, tetapi justu menjadi subtansi misi Islam. Karena itulah, posisinya menjadi perantara pahala dan karunia dari Allah.

Semoga kita umat Islam masih terus menyadari pentingnya akhlak dalam beragama dan kehidupan bermasyarakat. Akhlak adalah sebuah paradigma dan cara pandang berislam. Akhlak mulia pada akhirnya menjadi identitas seorang muslim.

 #muslimsejati
 Sumber: https://islamkaffah.id/afkar/akhlakul-karimah-sebagai-paradigma-dalam-berislam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Toleransi dalam Islam Terhadap Bangsa Indonesia yang Majemuk

Ekstremis Perempuan Ciptakan Tantangan Tersendiri

Hadang Radikalisme, LDNU Jember Gelar Silaturahim Lintas Masjid