Reaktualisasi Islam Nusantara Sebagai Upaya Preventif Paham Radikal


Akhir-akhir ini, Indonesia sedang dalam krisis intoleransi multikultural dan multidimensi. Lebih-lebih intoleransi dalam hal beragama. Ayat-ayat al-Quran dijadikan dalih seseorang untuk bertindak anarkis yang lebih mengarah kepada tindak terorisme dan radikalisme. Apabila seseorang melakukan tindakan anarkis dengan dalih agama itu bohong besar. Bahkan orang tersebut bisa dikatakan ateis atau tidak beragama. Karena tidak ada satu pun ajaran agama di dunia ini yang mengajarkan kekerasan, radikalisme dan terorisme. Dengan dalih berjihad di jalan Allah dan mati mendapat jaminan masuk surga. Doktrin-doktrin yang sesat dan menyesatkan sudah masuk ke dalam akal sehat anak bangsa dan mudah sekali untuk diadu domba. Hal semacam ini sudah membawa korban anak bangsa yang tidak sedikit. Dengan iming-iming uang yang banyak dan mati masuk surga menjadi jurus pemikat untuk merekrut anggota sebanyak-banyak. Agama seharusnya dijadikan instrumen untuk saling bertoleransi dan hidup bersosial secara damai. Untuk mempertahankan argumentasi kelompok yang benar-benar menyimpang dari koridor ajaran agama Islam, mereka rela saling membunuh saudaranya sendiri atau bahkan memperkosa perempuan-perempuan muslim yang tidak berdosa. 
Definisi agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Dari definisi di atas, agama tidak hanya berbicara ibadah secara vertikal seorang hamba kepada Tuhannya. Tetapi juga ibadah secara horizontal seorang manusia kepada semua makhluk ciptaan-Nya, tidak hanya manusia saja, kepada tumbuhan, binatang dan lain sebagainya di seluruh alam semesta ini. Istilah KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus adalah kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan yang mencakup sekaligus ritual dan sosial.  Gus Mus juga mengatakan, “agama bagaikan kereta kencana yang sangat luas yang bisa menampung banyak orang. Karena orang masuk surga itu berbondong-bondong”. Atau istilah yang lain adalah tauhid ritual dan tauhid sosial. Seperti halnya ayat al-Quran tentang perintah mendirikan salat senantiasa dibarengi dengan perintah menunaikan zakat. Begitu pula ayat al-Quran yang menjelaskan tentang keimanan juga selalu diiringi dengan mengerjakan amal saleh.  
Sesuai dengan definisi agama di atas. Kata Islam sendiri berasal dari kata Aslama Yuslimu Islaaman yang artinya menyelamatkan yang dalam ilmu saraf berfaidah ta’diyah yaitu mengubah fiil lazim menjadi fiil mutaadi yang membutuhkan objek. Berarti sebagai muslim atau orang yang beragama Islam harus menyelamatkan baik itu sesama muslim atau non muslim. Bahkan kepada seluruh makhluk di seluruh alam semesta ini. hal ini sudah dijelaskan di dalam Surah al-Anbiya ayat 107 yang berbunyi. “Wa Maa Arsalnaaka Illa Rahmatan li al-alamiin”. Yang artinya “Dan Tidaklah  Kami (Allah) mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. Tidak hanya memikirkan diri sendiri. Apabila sebagai muslim tidak pernah menyelamatkan atau tidak pernah mencerminkan Islam itu sendiri. Keislamannya perlu dipertanyakan.      
Contoh konkret dakwah Islam Rasulullah adalah cerita yang populer. Ketika Rasulullah SAW hendak berangkat ke Kabah, ada orang Yahudi yang selalu meludahi Rasulullah SAW. suatu ketika orang Yahudi tersebut absen tidak meludahi Rasulullah SAW. kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat. “wahai para sahabat, di mana orang Yahudi yang senantiasa meludahiku ketika aku akan berangkat ke Kabah?” para sahabat menjawab. “dia sedang sakit wahai Rasulullah SAW”. mendengar kabar bahwa orang Yahudi yang biasa meludahinya sakit. Rasulullah SAW langsung mempercepat salatnya. Seusai salat, Rasulullah SAW langsung menjenguk orang Yahudi Tersebut. setibanya Rasulullah SAW di rumah orang Yahudi. Orang Yahudi tersebut terkejut dan berkata. “bahwasanya engkau wahai Muhammad adalah orang yang paling aku benci dan aku selalu meludahimu ketika engkau akan menunaikan salat. Tapi engkau tidak marah sama sekali. Dan di saat aku jatuh sakit, belum ada orang-orang kafir yang datang menjengukku. Sedangkan engkau Muhammad, orang yang paling aku benci menjadi orang pertama yang menjengukku. Maka mulai detik ini aku masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat.”
Cerita kedua tentang dakwah Rasulullah SAW yang cukup populer juga adalah di Pojok Pasar Madinah ada orang Yahudi tua yang buta. Setiap hari orang Yahudi yang buta itu selalu menghina Rasulullah SAW. tetapi setiap hari pula Rasulullah SAW juga yang menyuapi makanan kepadanya. Setelah makanannya dihaluskan oleh Rasulullah SAW kemudian disuapi makanan tersebut kepada orang Yahudi yang buta itu. Sepeninggal Rasulullah SAW wafat. Sahabat senior yaitu Abu Bakar meniru perbuatan Rasulullah SAW semasa hidupnya untuk menyuapi makanan kepada orang Yahudi buta tersebut. Ternyata orang Yahudi buta merasa ada perbedaan pelayanan makanan yang berbeda dari biasanya. Kemudian orang Yahudi buta tersebut bertanya. “siapakah kamu yang sedang menyuapi makanan?” Abu Bakar menjawab. “aku ya orang setiap hari menyaupimu makanan”. Kemudian orang Yahudi buta tersebut berkata. “bukan. Kamu bukan orang biasanya yang menyuapi aku makanan. Orang yang biasanya menyuapi makanan kepadaku itu selalu dihaluskan terlebih dahulu baru kemudian disuapi kepadaku”. Mendengar kata-kata orang Yahudi buta tersebut langsung membuat Abu Bakar menangis sejadi-jadinya. Mendengar tangisan Abu Bakar yang cukup keras. Orang Yahudi buta tersebut bertanya. “mengapa kamu menangis sangat keras?”. Abu Bakar langsung menjawab. “ketahuilah bahwasanya orang yang setiap hari menyuapi makanan kepadamu telah meninggal dunia. Dia adalah orang yang setiap hari kamu hina”. Mendengar jawaban Abu Bakar. Dengan spontan orang Yahudi buta tersebut langsung meneteskan air mata dan pada waktu itu juga orang Yahudi buta tersebut langsung mengucapkan dua kalimat syahadat di depan Abu Bakar.  
Itulah dua cerita tentang dakwah Rasulullah SAW yang sangat perlu diteladani dan diterapkan di setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia. Bagaimana Rasulullah SAW bisa membuat orang Yahudi yang begitu benci kepadanya bisa langsung luluh hatinya dan langsung masuk Islam tanpa adanya pertumpahan darah atau paksaan. Adakalanya akhlak harus didahulukan daripada fikih. Islam yang tidak hanya formalitas dengan simbol-simbol Islamnya, tetapi lebih kepada esensi atau substansi Islam yang menyelamatkan dan penuh kasih sayang. Islam bukan agama yang dalam dakwahnya dengan teriak-teriak atau dengan muka penuh amarah. Kalau ada pemimpin Islam yang dalam berdakwahnya sukanya marah-marah pasti ia tidak meniru dakwah Rasulullah SAW. karena Rasulullah SAW tidak pernah memberi contoh berdakwah dengan kekerasan atau marah-marah.     
Islam juga mengajarkan dan sangat menghargai perbedaan pendapat. Suatu ketika Rasulullah pernah menyuruh dua sahabat untuk pergi ke negeri Najasi. Rasulullah SAW berpesan supaya salat asar dikerjakan sesampainya di sana. Kemudian dua sahabat tersebut berangkat dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan, terdapat perdebatan kecil di antara dua sahabat ini. sahabat pertama ingin menunaikan salat asar di tengah perjalanan dikarenakan menurut perhitungan dia, tidak mencukupi waktu asar kalau sampai negeri Najasi. Sesampainya di sana sudah masuk waktu magrib. Sahabat yang kedua tetap bersikeras untuk menunaikan salat asar di tempat tujuan. Akhirnya sesudah perjalanan pulang ke Madinah, kedua sahabat tersebut melaporkan perdebatan kecil tersebut kepada Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW membenarkan kedua sahabat tersebut. sahabat pertama yang salat asar di tengah perjalanan memahami konteks perkataan Rasulullah SAW. sedangkan sahabat yang kedua berpedoman kepada teksnya.     
Sebagai generasi Islam yang berhaluan Ahlusunnah Wal Jamaah harus bisa mencontoh dan meneladani sistem dakwah Rasulullah yang penuh kasih sayang. Sedangkan untuk konteks Indonsia harus mencontoh dan meneladani sistem dakwah Islam ala Wali Songo ketika mendakwahkan Islam ke Tanah Jawa ini. Islam tidak disebarkan dengan cara kekerasan dan bertumpah darah. Islam adalah agama yang rahmatan li al-alamiin maka harus disebarkan dengan cara yanga rahmat atau kasih sayang pula. al-Quran tanpa budaya akan kering seperti teks tanpa konteks. Begitu pula budaya tanpa Al-Quran akan kehilangan dasar dan pondasi awal. Maka inilah yang disebut Islam Nusantara. Ajaran Islam yang berasimilasi (penyesuaian (peleburan) sifat asli yang dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar) dan berakulturasi (percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi) dengan budaya masyarakat Nusantara. Maka Islam berkembang pesat di tanah Jawa tanpa adanya pertumpahan darah seperti yang terjadi di Timur Tengah.
Ajaran Islam yang dibawa Wali Songo yang bisa berasimilasi dan berakulturasi dengan budaya Jawa yang pada masa itu masih sangat kental dengan budaya animisme (kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya)) dan dinamisme (kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dl mempertahankan hidup). Sedikit-sedikit budaya animisme dan dinamisme yang bisa dirubah dan diisi dengan ajaran agama Islam. Sebuah sistem dakwah Islam yang benar-benar damai dan menyenjukkan. Mendakwahkan Islam tidak perlu dengan amarah atau bahkan saling kafir-mengkafirkan. Islam adalah agama yang penuh rahmat atau kasih sayang. Maka cara untuk mendakwahkan Islam juga harus penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Islam yang ramah bukan Islam yang marah-marah. Islam yang toleran bukan Islam yang tawuran.   
Islam Nusantara bisa menjadi sebuah upaya preventif (mencegah) atau bahkan kuratif (mengobati) paham-paham radikal yang ingin mengubah ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sudah final dan sangat sesuai dengan Al-Quran yaitu Pancasila. Contohnya Sila Pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini sangat sesuai dengan Surah Al-Ikhlas Ayat pertama. Apabila ada organisasi Islam yang ingin menghina Pancasila dan ingin merubah ideologi negara, mungkin organisasi Islam tersebut hanya belajar sedikit tapi sudah merasa pendapatnya paling benar dan menyalahkan pendapat organisasi lainnya. Organisasi Islam semacam itu hanya bisa berteriak dalam media sosial. Kalau diajak duduk bareng dan beradu argumentasi, belum tentu mereka mau. Contoh paling konkret adalah ziarah kubur. Sebagian kelompok berpendapat bahwa ziarah kubur itu bidah dan tidak sesuai dengan syariat Islam. Ada hadis sahih yang berbunyi. “Kuntu Nahaytukum ‘An Ziarati al-Qubur, Fazuruuhaa”. Artinya “saya melarang kalian untuk berziarah kubur, maka sekarang berziarah kuburlah”. Ditinjau dari ilmu hadis. Hadis ini ada semacam revisi hukum. Rasulullah SAW awalnya melarang ziarah kubur dikarenakan umat Islam pada masa itu masih sangat sedikit dan imannya belum cukup kuat. Dikhawatirkan umat Islam pada masa itu kembali ke agama nenek moyang. Tapi setelah umat Islam bertambah banyak dan kualitas imannya juga kuat maka Rasulullah SAW menganjurkan untuk berziarah kubur. Karena dengan ziarah kubur akan mengingatkan dengan kematian. 
Nadhlatul Ulama yang berpahamkan Ahlusunnah wal Jamaah menjadi garda terdepan untuk ikut berperan aktif meminimalisir penyebaran paham-paham radikal yang sangat membahayakan dan bisa mengancam kedaulatan dan kesatuan Republik Indonesia. Baik itu dengan mediasi, seminar, diskusi dan lain sebagainya. Mayoritas sasaran organisasi Islam yang berpaham radikal adalah Mahasiswa Kampus Umum yang belum pernah sedikit pun belajar agama di Pesantren. Ini menjadi sasaran empuk bagi mereka, karena pemahaman agama yang masih sangat minim. Salah satu upaya preventif paham radikal diantaranya adalah belajar agama kepada guru agama atau kiai yang benar-benar berkualitas baik ilmunya maupun ibadahnya. Dan upaya kuratif bagi seseorang yang sudah dipengaruhi doktrin-doktrin radikal adalah dengan mengubah sedikit demi sedikit paradigma atau pemikiran yang radikal tersebut dengan cara memberi pemahaman yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Dan dilanjutkan oleh para sahabatnya.         
Dengan demikian, istilah Aswaja dimaknai sebagai suatu konstruksi pemikiran (pemahaman) dan sekaligus praktik keagamaan (Islam) yang didasarkan pada tradisi (sunnah) Rasulullah SAW, para sahabatnya dan para ulama mazhab, sekalipun yang terakhir ini lebih bersifat sekunder. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan Aswaja tidak selalu identik dengan suatu mainstrem aliran pemahaman tertentu dalam tradisi pemikiran Islam.  Justru di sini perlu ditegaskan, bahwa yang paling esnsial dari pemikiran keagamaan Aswaja adalah konsistensinya dengan tradisi keagamaan yang dipratikkan Rasulullah SAW, dan para sahabatnya.  
Sebagai generasi penerus para ulama yang berpaham Ahlusunnah wal Jamaah harus terus merawat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dalam bingkai Kebhinekaan. Walaupun kreasi tidak harus berbuah apresiasi. Ini harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ala Wali Songo. Karena visi tanpa eksekusi adalah halusinasi. Terus menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Cinta negara adalah sebagian dari iman. Apabila ada seorang anak bangsa yang tidak mencintai negaranya, tempat ia lahir, mencari ilmu sampai kelak meninggal dunia maka oranr tersebut ada sedikit gangguan pada psikisnya. Indonesia adalah rumah bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka rawatlah dan hiaslah rumah ini dengan perilaku dan perbuatan yang luhur dan terpuji. Dan jangan pernah terjadi, sebagai bangsa Indonesia merobohkan rumah ini dengan perbuatan dan perilaku yang tidak mencerminkan karakter luhur bangsa Indonesia.
Pemerintah sebagai pengambil keputusan sangat mendukung aktif untuk terus menjaga kerukunan umat beragama dan menindak organisasi masyarakat yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Masyarakat Indonesia khusunya warga Nadhlatul Ulama sangat berterimakasih dan mengapresiasi pemerintah dengan membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia atau biasa disingkat HTI. Karena HTI selalu berkoar-koar untuk mengganti ideologi Pancasila yang menurut mereka tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Sedangkan sistem khilafah yang mereka tawarkan adalah sistem terbaik bagi suatu negara. Padahal sekali lagi, tidak ada satu pun ayat di dalam al-Quran yang secara detail dan rinci menjelaskan suatu sistem negara. Apabila Surah al-Baqarah ayat 208 yang kata mereka sebagai dasar mendirikan sistem khilafah itu bohong besar. Surat al-Baqarah ayat 208 adalah sebagai seorang muslim harus totalitas dan istikamah dalam menjalan syariart Islam. Harus ada reinterpretasi atau proses, cara, perbuatan menafsirkan kembali terhadap interpretasi (pendapat) yang sudah ada.
Rasulullah SAW juga tidak memberi contoh sistem khilafah itu. Bahkan ketika Rasulullah SAW mendeklarasikan Piagam Madinah, Rasulullah SAW tidak mengusir kaum Yahudi dan Nasrani yang ingin hidup damai bersama kaum muslimin pada waktu itu. Sampai-sampai Rasulullah SAW berkata. “barangsiapa menyakiti kafir dhimmi (kafir yang hidup damai di bawah kekuasaan pemerintahan Islam) maka sama saja dengan menyakitiku”. Kondisi masyarakat Madinah saat itu mirip dengan Indonesia yang heterogen. Indonesia walaupun mayoritas muslim harus tetap toleran kepada minoritas.           
Dari penjelasan yang panjang lebar. Bisa ditarik kesimpulan bahwasanya Islam Nusantara sebagai sebuah identitas kehidupan Islam masyarakat Indonesia yang berpaham Ahlusunnah wal Jamaah harus ada reaktualisasi atau proses, cara, perbuatan mengaktualisasikan kembali; penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Islam Nusantara adalah representasi dari ajaran Ahlusunnah wal Jamaah seperti tahlil, ziarah kubur dan lain sebagainya. Islam adalah agama moderat yang selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem. Islam Nusantara menjadi benteng tangguh dari serangan paham-paham radikal yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Islam Nusantara adalah solusi pencegahan dari doktrin-doktrin agama yang sesat dan menyesatkan.
Khoirurroziqin Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Suraaya
#muslimsejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Toleransi dalam Islam Terhadap Bangsa Indonesia yang Majemuk

Ekstremis Perempuan Ciptakan Tantangan Tersendiri

Hadang Radikalisme, LDNU Jember Gelar Silaturahim Lintas Masjid