Belitung, NU Online
Sekretaris Utama BNPT Marsekal Muda Asep Adang Supriyadi menegaskan, janji bertemu bidadari untuk sebuah aksi terorisme merupakan sebuah ilusi. Bidadari untuk pelaku terorisme disebutnya tidak ada di surga.
"Tidak ada pembenaran apa pun dalam agama yang menjamin aksi terorisme dibalas dengan ganjaran bertemu bidadari," kata Asep Adang dalam sambutan pembukaan kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Kamis (27/9).
Dalam sambutannya Asep Adang sempat memutar rekaman video Dani Dwipermana, pelaku peledakan bom bunuh diri di Hotel JW Marriot beberapa tahun silam, yang menyebut aksinya akan diganjar dengan 72 bidadari.
"Yang harus dicari adalah siapa yang menanamkan isme-isme bahwa terorisme diganjar surga. Bapak ibu harus membantu bahwa aksi terorisme memang diganjar bidadari, tapi tidak di surga, melainkan di neraka," tegas Asep Adang.
Asep Adang juga sempat memutar beberapa rekaman video anak-anak Indonesia di Irak dan Suriah. Melalui pemutaran video tersebut diharapkan tumbuh kesadaran bahwa terorisme merupakan ancaman nyata bagi keutuhan NKRI.
"Saya ke Rusia beberapa waktu lalu, dapat informasi mereka yang dilatih ISIS sekarang sudah siap kembali ke daerahnya masing-masing. Makanya peran bapak dan ibu sekalian sebagai penyuluh agama sangat dibutuhkan, agar terorisme tidak semakin mengakar," urainya.
Di akhir sambutannya, perwira AU dengan penguasaan 11.000 jam terbang tersebut mengingatkan, terorisme tidak bisa ditangani oleh pemerintah sendiri. Keterlibatan masyarakat ditegaskannya sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan.
"Kami percaya bapak dan ibu penyuluh agama memiliki kemampuan membantu pencegahan terorisme," tutup Asep Adang.
Kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme di Kabupaten Belitung terlaksana atas kerjasama BNPT dan FKPT Bangka Belitung. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2018. (shk/shk/Abdullah Alawi)
#muslimsejati
Sumber :http://www.nu.or.id/post/read/96365/tak-ada-bidadari-untuk-pelaku-terorisme
Ekstremis Perempuan Ciptakan Tantangan Tersendiri
Insiden Bom Sibolga pada Maret 2019, Bom Surabaya Mei 2018, dan serangkaian insiden teror lain di Indonesia melibatkan perempuan sebagai pelaku utama. Mereka tak lagi jadi pemain pasif, pendukung suaminya, tapi ikut aktif melakukan amaliyah. Bahkan pada beberapa kasus sampai mengorbankan nyawa plus membawa anaknya. Bom Sibolga dan Surabaya salah satu kasusnya. Lantas apakah “kenekatan” mereka hanya itu? Tentu tidak. Coba saja lihat pada rentetan insiden Mako Brimob Kelapa Dua Depok awal Mei 2018 – sebelum insiden Surabaya – di insiden itu turut ditangkap 2 perempuan yang membawa senjata tajam berupa gunting untuk menyerang polisi. Insiden di Pandeglang Banten, tepatnya di Alun-Alun Menes pada Oktober 2019 lalu juga melibatkan perempuan sebagai eksekutor serangan. Ketika itu Wiranto (saat itu menjabat Menko Polhukam) jadi sasarannya. Pertanyaan yang sama, apakah hanya itu? Ternyata jawabannya tidak. Pada 2016 lalu ada penangkapan eks Buruh Migran Indonesia (BMI) ...
Komentar
Posting Komentar